Rabu, 18 April 2012

GEODESI DAN PERANANNYA DALAM INDUSTRI HULU MIGAS Selayang Pandang dan Sekelumit Pengalaman di Pertamina EP (Ref..For Medco & LNG Luwuk Bangga ; Hairudin Manole)



Sejarah Singkat Industri Migas di Indonesia
              Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, Migas memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting dalam hal ini karena Migas menyangkut hajat hidup orang banyak dan strategis karena Migas merupakan sumber energi bagi kegiatan ekonomi nasional, disamping sebagai sumber daya devisa negara yang secara keseluruhan terkait langsung dengan pertahanan dan keamanan nasional. Sektor Migas memegang peranan yang sangat krusial dan mempengaruhi banyak sektor lainnya karena jika terjadi perubahan pada kondisi sektor Migas, maka pengaruhnya akan terasa bagi sektor-sektor perdagangan, pertanian, transportasi, pendidikan dan sektor-sektor kehidupan lainnya. Sekalipun telah ditemukan beberapa jenis sumber energi alternative, namun di banyak negara di dunia, sumber energi yang bersumber dari hidrokarbon ini masih dominan dan menjadi primadona sehingga mengingat pentingnya arti sumber energi ini, setiap negara mengupayakan strategi untuk mengamankan cadangan energi nasionalnya masing-masing.
http://kmtg.ft.ugm.ac.id/angguk2.jpg
                 Di Indonesia, minyak bumi secara tidak sengaja pertama kali ditemukan di daerah Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dalam kondisi merembes ke permukaan bumi membentuk suatu kubangan pada sekitar tahun 1883 oleh A.J. Zijiker yang merupakan pimpinan perkebunan tembakau di wilayah Langkat pada saat itu. Meski jauh sebelum itu, sekitar tahun 972, masyarakat Palembang telah terlebih dahulu mengenal minyak bumi yang dibuktikan dengan adanya catatan para pedagang Cina pada masa kerajaan Sriwijaya Palembang, namun penemuan oleh A.J Zijiker dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah dimulainya industri perminyakan di Indonesia. Pada awalnya industri Migas lebih menitik-beratkan pada upaya penemuan dan pengolahan minyak bumi (crude oil) saja. Sedangkan gas alam yang biasanya juga dihasilkan bersamaan dengan produksi crude oil itu sendiri tidak terlalu mendapat perhatian, karena keterbatasan teknologi pada saat itu untuk mendayagunakan gas sebagai sumber energi alternatif. Sejalan dengan perkembangan teknologi, kini baik gas maupun crude oil sama-sama bernilai positif dan berpotensi profit. Beberapa tahun berselang, di beberapa tempat seperti di Cepu dan Cirebon juga mulai ditemukan cadangan minyak bumi, sehingga industri perminyakan kemudian merambah ke Pulau Jawa.
                 Pada awal masa-masa keemasannya, upaya penemuan cadangan Migas tidaklah serumit dewasa ini, karena pada beberapa tempat, minyak bumi berada sangat dekat dengan permukaan sehingga sering kali menemukan jalannya sendiri untuk muncul ke permukaan sebagai 'oil seepages' (rekahan-rekahan yang mengandung minyak bumi). Kuantitas cadangannya pun menunjukkan angka yang tinggi, sehingga pada saat itu produksinya besar dan memiliki usia produksi yang relatif panjang. Mengingat crude oil merupakan energi yang tak terbaharukan dan bersamaan dengan semakin meningkatnya tingkat permintaan energi dari tahun ke tahun, maka cadangan crude oil tersebut mengalami penurunan yang drastis (decline) dan diperlukan upaya-upaya untuk menemukan cadangan-cadangan baru baik yang di darat (on shore) dengan kedalaman yang lebih jauh ataupun sumber-sumber yang berada di lepas pantai (off shore).
Sekilas tentang PT. Pertamina EP
               Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, pemerintah RI memandang perlu untuk membentuk suatu badan yang bertugas untuk mengelola sektor yang amat sangat strategis ini. Diawali dengan dibentuknya badan yang bernama PT. Permina (PT. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia), perusahaan minyak 'pelat merah' ini mengalami beberapa kali transformasi hingga belakangan terbentuk menjadi PT. Pertamina. Sebagai perusahaan negara, Pertamina diberikan mandat untuk menjalankan bisnis di industri Migas Indonesia, mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir. Di sektor hulu, Pertamina bertugas untuk mencari cadangan crude oil dan gas, melakukan produksi dan lifting ke permukaan hingga transportasinya ke kilang-kilang pengolahan. Selanjutnya di sektor hilir, Pertamina bertugas untuk melakukan pengolahan crude oil dan gas menjadi produk-produk turunan seperti bensin, solar, minyak tanah, LPG dan lain-lain, serta bertanggung jawab dalam hal pemasaran dan pendistribusiannya ke seluruh pelosok Indonesia.
               Di sektor hulu, cadangan Migas Indonesia tersebar di beberapa daerah dengan cakupan yang sangat luas dan untuk dapat memproduksikannya diperlukan modal yang besar pula. Dengan pertimbangan tersebut, Pertamina sebagai wakil pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan minyak dunia untuk berinvestasi di Indonesia lewat mekanisme bagi hasil (Kontrak Production Sharing). Beberapa perusahaan asing yang telah ikut berinvestasi di Indonesia diantaranya yaitu Medco, BP, Chevron, Total, Shell dan yang lainnya. Dengan demikian, selain sebagai operator (pemain langsung), Pertamina juga mengemban tugas sebagai regulator bagi perusahaan-perusahaan asing tersebut. Namun sejalan dengan perkembangan dunia bisnis dan atas pertimbangan tertentu, Pertamina memutuskan untuk menjadi pemain murni di sektor hulu dengan membentuk anak perusahaan yaitu PT. Pertamina Hulu yang kemudian juga membentuk beberapa anak perusahaan lagi, dimana salah satunya adalah PT. Pertamina EP. Hal ini dimaksudkan agar Pertamina dapat menjadi profit center sama seperti perusahaan minyak lainnya. Pemerintah kemudian menyerahkan kesinambungan tugas sebagai regulator kepada BPMIGAS. Sejak saat itu, PT. Pertamina EP berperan sebagai operator dan tunduk kepada BPMIGAS, sebagaimana halnya perusahaan-perusahaan minyak lainnya di Indonesia.
Upaya Penemuan Cadangan Migas
                Banyak orang beranggapan bahwa di dalam perut bumi, hidrokarbon (crude oil dan gas) terkumpul dalam suatu kolam seperti halnya danau di permukaan bumi. Namun pada kenyataannya tidaklah persis demikian adanya. Hidrokarbon terperangkap dalam batuan tertentu yang memiliki pori-pori (porous) yang terbentuk melalui suatu proses yang memakan waktu panjang. Berada beberapa ratus hingga ribuan meter di bawah permukaan dan ditambah beban dari batuan dan tanah di atasnya menyebabkan hidrokarbon tersebut termampatkan/bertekanan yang siap mengalir ketika dibuatkan salurannya. Saluran tersebut dapat terbentuk, salah satunya dengan cara melakukan pemboran (drilling) yang dapat dikatakan sebagai urat nadinya kegiatan hulu migas.
             Menemukan posisi batuan berpori yang mengandung cadangan hidrokarbon atau yang umumnya disebut dengan reservoir (baca: reservoar) memerlukan keahlian tertentu yang biasanya dimiliki oleh para Geologist. Hal ini mengingat hidrokarbon adalah barang yang tidak dapat dipelajari/disentuh langsung karena keberadaannya yang jauh di bawah sana dan proses pembentukannya terjadi beberapa juta tahun yang lalu. Para Geologist biasanya lebih banyak bekerja dengan data-data dan melakukan interpretasi dari data-data tersebut. Hasil interpretasi data ini yang menjadi bahan bagi para Geologist untuk menentukan posisi titik pemboran.  http://kmtg.ft.ugm.ac.id/pengeboran.jpg
              Seni dan teknik menemukan posisi reservoir dapat diibaratkan seorang dokter yang mencoba menemukan penyakit pasiennya dengan cara melakukan rongent tanpa boleh begitu saja melakukan pembedahan terhadap pasiennya. Dari bantuan hasil rongent, sang dokter dapat melokalisir posisi penyakit dengan lebih tepat meskipun masih ada kemungkinan terjadi salah diagnosa karena beberapa jenis penyakit mungkin menujukkan gejala-gejala yang mirip. Serupa dengan hal tersebut, berbekal data peta bawah permukaan yang dihasilkan dari survei seismik, para Geologist mencoba menentukan daerah-daerah yang disinyalir merupakan reservoir (rumahnya hidrokarbon). Namun sekalipun ketika rumahnya ditemukan, Geologist tidak bisa 100% yakin bahwa rumah tersebut ada isinya dan untuk membuktikannya harus dilakukan pemboran. Tak jarang, optimisme seorang Geologist berbuah pada kegagalan, karena sering terjadi air yang dalam kondisi tertentu menunjukkan ciri-ciri yang mirip dengan hidrokarbon. Dari sini sebagian orang kemudian  menyebut bahwa kegiatan pemboran pada industri hulu Migas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
*   High Risk, dimana tidak setiap pemboran pasti berhasil. Kegagalan setiap pemboran akan mengakibatkan kerugian dalam jumlah yang sangat besar. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang lumrah dalam dunia bisnis. Sama saja halnya seorang investor yang bermain pada investasi jenis saham yang dikenal memiliki ciri serupa. Jika tergelincir sedikit saja akibat kekurangjelian dalam analisa saham, maka tak pelak sang investor akan menderita kerugian besar. Hanya saja jika dibandingkan dengan industri hulu Migas, nominal yang dibicarakan jauh lebih besar, dalam hal ini bisa mencapai beberapa juta dollar per lubang sumur. Sebaliknya, bila berhasil maka return yang akan diperoleh juga sangat besar melebihi keuntungan yang diperoleh dari bisnis-bisnis lainnya.
*   High Tech : melakukan pemboran memerlukan dukungan teknologi tinggi mengingat kondisi bahwa permukaan bumi yang unpredictable.
*   High Cost : Teknologi tinggi sudah barang tentu berkorelasi dengan biaya yang tinggi.
           Dalam melaksanakan tugasnya, Geologist sering kali tidak bisa bekerja sendiri dan oleh karenanya dibutuhkan berbagai disiplin ilmu untuk terlibat dalam industri hulu Migas dan masing-masing memegang peranan yang vital seperti : Teknik Perminyakan, Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Geodesi, Hukum, Keuangan dan yang lainnya.  
           Geodesi sebagai salah satu cabang ilmu kebumian termasuk memainkan peranan yang sangat vital. Ketidakhati-hatian seorang Geodet dalam melakukan stake out titik pemboran di permukaan bumi misalnya akan berakibat fatal dan berujung pada kegagalan pemboran karena sebagaimana telah disampaikan di muka bahwa hidrokarbon tidak terkumpul dalam bentuk kolam dimana kesalahan positioning masih berpotensi mendapatkan hasil yang sama baiknya. Satu kesalahan yang nampaknya sepele akan mengakibatkan kerugian hingga beberapa juta dollar. Semua pekerjaan lain yang seyogyanya mengikutinya akan menjadi sia-sia. Untuk itu, sekalipun tidak semua oil company berpandangan sama, keberadaan seorang engineer yang berlatang belakang Geodesi dipandang wajib ada di Pertamina EP.
Peranan Geodesi di Pertamina EP
             Meskipun keberadaan seorang Geodet bukanlah pemain utama dan secara kuantitas kebutuhan tenaga Geodet tidak sebanyak Geologist dalam industri hulu Migas, namun arti pentingnya tidak dapat dipandang sebelah mata. Beberapa tugas utama Geodet di Pertamina EP dapat disampaikan sebagai berikut :
*   Penentuan kerangka dasar pemetaan, posisi titik-titik tembak serta titik rekam dalam survei seismik, dimana keakuratan datanya menjadi sangat berpengaruh bagi kegiatan selanjutnya.
*   Membantu Geologist untuk menempatkan titik pemboran di lapangan sesuai dengan koordinat yang diharapkan (stake out).
*   Melakukan pemetaan topografi untuk penyiapan lokasi pemboran dan jalan aksesnya (site preparation).
*   Melakukan pemetaan topografi untuk kebutuhan jalur pemipaan, rencana pembangunan fasilitas produksi (Station Pengumpul Minyak / Station Kompressor Gas) dan fasilitas umum lainnya.
*   Penyediaan dan pengelolaan data-data teknis seperti peta rupa bumi, citra satelit, foto udara, peta jaringan jalan dan jaringan pipa, koordinat titik ikat, koordinat sumur bor, koordinat dan peta wilayah konsesi, data elevasi TTG dan sebagainya.
*   Penyatuan sistem koordinat yang disebabkan karena keterbatasan teknologi jaman dahulu yang mengakibatkan masing-masing perusahaan minyak menggunakan datum lokal sendiri-sendiri. Untuk keperluan evaluasi secara regional diperlukan upaya untuk menyatukan sistem-sistem lokal tersebut.
               Di awal keberadaannya, bidang ilmu Geodesi yang paling banyak digunakan dalam industri hulu Migas di Pertamina EP adalah bidang surveying dengan alat utamanya adalah Teodolit dan Sipat Datar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin kompleknya data yang harus dikelola, maka mulai dilakukan upaya peningkatan teknologi pemetaan dan sistem pengelolaan data yang berbasis pada GIS. Bahkan belakangan ini telah dilakukan terobosan besar untuk mengintegrasikan data-data bawah permukaan dan data-data atas permukaan dalam suatu databank petroleum. Upaya ini telah berhasil dikembangkan di PT. Pertamina EP Region Jawa dan saat ini juga sedang dikembangkan di PT. Pertamina EP Region Sumatera.
Pengalaman sebagai Geodet di Pertamina EP
              Menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di dunia perminyakan bagaikan orang buta yang berjalan sambil meraba-raba. Pada awalnya terasa ada kegamangan dalam menentukan langkah terutama karena pada saat itu tidak terdapat senior Geodesi di area kerja yang sama yang dapat dijadikan tumpuan dan tempat berdiskusi. Dengan berbekalkan ilmu yang didapat dibangku kuliah dan semangat belajar sambil bekerja, penulis memberanikan diri untuk melaksanakan semua tugas-tugas yang harus diemban dan tak terasa penulis telah melewatkan kurang lebih 8 tahun kedinasan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan kegeodesian di Pertamina EP Region Sumatera.
              Selama 8 tahun tersebut, penulis mendapatkan berbagai pengalaman yang banyak menambah wawasan baik di bidang ilmu kegeodesian sendiri, dunia perminyakan secara umum maupun wawasan pergaulan serta kesempatan untuk travelling keliling beberapa pelosok negeri secara gratis, meskipun area yang dikunjungi bukanlah obyek-obyek wisata yang umum dituju oleh para wisatawan. Dengan cakupan area kerja dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Sumatera Selatan, penulis berkesempatan untuk dapat melihat sendiri berbagai daerah dan bertemu dengan berbagai tipe masyarakat di pulau Sumatera.  Sungguh tidak terbayangkan sebelumnya bahwa penulis akan pernah mengunjungi suatu daerah yang bernama Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, Hamparan Perak, Paluh Tabuan Barat, Rantau, Lirik, Air Molek, Terminal Buatan, Bajubang, Pendopo, Prabumulih dan beberapa kota lainnya yang notebene merupakan kota-kota yang terdengar begitu asing bagi masyarakat kebanyakan. Mungkin dalam beberapa peta pun, nama-nama kota tersebut susah untuk ditemukan.  http://kmtg.ft.ugm.ac.id/di%20hutan.jpg
             Tak jarang pekerjaan sebagai Geodet di Pertamina EP membutuhkan kesabaran dan ketabahan mengingat area kerja yang disurvei tidak selamanya mulus seperti halnya daerah-daerah di Pulau Jawa. Sering kali, penulis harus berjibaku dengan kondisi jalan akses yang rusak berat dan menyebabkan kendaraan operasional tersangkut lumpur. Berjalan kaki melewati hutan dan perkebunan karet sepanjang beberapa kilometer, berenang melewati rawa atau menyeberangi sungai dengan boat adalah tantangan lain yang biasa ditemui. Memimpin crew survey yang sebagian besar berasal dari penduduk lokal setempat yang tidak memiliki dasar pemetaan dari bangku sekolah dan bermodalkan 'ala bisa karena biasa' juga memerlukan seni tersendiri dalam mengelolanya. Hal ini tentu saja tidak akan pernah didapatkan di bangku kuliah dan tidak ada mata kuliah yang mengajarkan tentang itu,  hanya bisa dipelajari ketika kita terjun langsung dalam dunia kerja secara nyata. Sering kali keberhasilan menyelesaikan pekerjaan lapangan justru lebih banyak ditentukan karena terciptanya kondisi kerja yang kondusif dan team working yang solid.   http://kmtg.ft.ugm.ac.id/sur%20gps.jpg
              Pada akhirnya seorang Geodet dituntut untuk memiliki kelenturan pola pikir dan tidak berhenti untuk hanya berkutat pada disiplin ilmu Geodesi saja. Kemauan untuk mempelajari disiplin ilmu lain merupakan modal berharga yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti jenjang karir selanjutnya. Meskipun disiplin ilmu Geodesi sangat penting di Pertamina EP, namun kegiatan kegeodesian hanyalah suatu bidang kecil dari keseluruhan kegiatan besar hulu Migas yang sangat kompleks. Pada titik tertentu, seorang geodet mungkin akan dihadapkan pada kondisi untuk mengerjakan pekerjaan yang bukan merupakan background-nya dan hal tersebut lumrah terjadi di Pertamina EP, terutama ketika seseorang mulai memasuki bidang manajerial yang membawahi berbagai disiplin ilmu yang berbeda.


1 komentar:

  1. Salam kenal Pak Hairudin, saya Laras mahasiswa semester 7 teknik Geodesi UGM. Tulisan Bapak sangat membantu saya untuk mendapatkan gambaran akan dunia kerja khususnya bidang ilmu Geodesi di Pertamina. Saya sedang memilih tempat Kerja Praktik yang sesuai dan saya tertarik untuk Kerja Praktik di Pertamina, tapi saya masih bingung Pak. Jika boleh saya mohon saran dan bantuannya. Terimakasih.

    BalasHapus